ACARA
VIII
PENETAPAN
KADAR FOSFOR
Tujuan
praktikum
Praktikum
penetapan kadar phospor bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara penetuan
kadar fosfor dengan HNO3 – Vanado – Molybdat, serta kadar phospat
Tinjauan
Pustaka
Phospor
merupakan unsur anorganik yang berfungsi dalam pembentukan tulang dan peralatan
tubuh. Komponen asam nukleat (DNA dan RNA), keseimbanga asam basa, koordinasi
otot, untuk energi, pengaturan dan komponen dari enzim – enzim, metabolisme
jaringan syaraf, metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Rizal,2006).
Menurut Kamal (1999), fosfor adalah sebagai penyusun tulang dan gigi bahan
utama penghasil energi tinggi (ATP) yang berguna untuk semua aktivitas sel.
Fosfor
bersenyawa terhadap sebagian besar vitamin dalam sistem enzim tubuh dan rapat
tergabung dengan fungsi karbohidrat. Tingkatan fosfor anorganik ipengaruhi oleh
faktor yang mempengaruhi asimilasi, absorbsi, eksresi dan metabolisme fosfor.
Sehingga tingkatan normal dalam darah tidak menjamin keadaan nutrisin normal
fosfor. Tetapi, nilai fosfor anorganik yang secara abnormal rendah dalam darah
indikasi fosifnutrisi fosfor yang terganggu (Anggoradi, 1995).
Bentuk
fosfor dari sekian banyak bahan makanan yang dikonsumsi oleh ruminan banyak
dalam bentuk terikat dengan ester, asam heksa fosforik dari inositol yang
disebut asam fitik. Bentuk phospor yang kurang baik ini digunakan oleh non
ruminan, tetapi dapat digunakan oleh ruminan, karena cepat dihidrolisis dalam
rumen karena mikroorganisme rumen dapat membentuk fitase (Parakkasi, 1995).
Dalam
tulang terikat 80% dan 20% pada jaringan tubuh lainnya. Fungsi phospor dalam
tubuh terutama dalam proses metabolisme. Penggunaan tergantung pada sumber
phospor yang ada. Tanaman mengikat phospor dalam bentuk phytin, dan dapat dimanfaatkan sebesar 30% (P-available karena
rendahnya enzim phytase dalam tubuh (Hasoloan, 2001).
Sumber-sumber
phospor yang biasa dipakai pada ransum unggas, antara lain dikalsium fosfat defluronated fosfat, rock fosfat, guanofosfat, dan
tepung tulang. Sumber fosfat alami kecernaan fosfatnya sangat rendah karena
kelarutannya rendah, walaupun kelarutannya tinggi, ketersedian biologisnya bagi
ternak tetap rendah (Rizal, 2006).
Materi
dan metode
Materi
Alat.
Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar phosphat adalah silica disk, labu ukur, pipet, tabung
reaksi, spektofotometer, oven dan tanur, desikator, timbangan, kerstas saring, inkubator.
Bahan. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini antara
lain adalah, tepung tulang ayam, abu, HCl pekat, HCl 10%, aquades,air panas,
AgNO3, HNO3 vanado molibdadat, indikator cuka,
NaoH, H2O:
HNO3-vonado-molybdat (1:2).
Metode
Penetapan kadar phospor (dengan HNO3-vonando-molybdat).
Preparasi sampel. Abu hasil penetapan kadar abu, ditambah 10 ml HCl pekat
dan kemudian dipanaskan diatas penangas air sehingga volume maksimal tinggal 1/3 bagian. Tambah lagi dengan
menggunakan HCl 10% sebanyak 20 ml lalu dipanaskan kembali sampai volume
tersisa 1/3 bagian. Setelah itu larutan ditambahkan 20 ml aquadest lalu
dipanaskan selama 10 menit. Larutan disaring melalui
kertas saring bebas abu kedalam labu ukur 500 ml dan dicuci dengan air panas
mendidih sampai bebas asam (diuji dengan menggunakan AgNO3 sampai bebas
asam. Kemudian ditambahkan air sampai dengan tanda batas pada labu ukur.
Filtrat disimpan untuk penentuan kadar Ca dan P.
Penentuan kadar fosfor. Sampel diambil sebanyak 1 ml dengan pipet ke dalam
tabung reaksi. Ditambahkan kedalamnya 9
ml larutan campuran H2O dengan HNO3-vanado molibdat (7 :
2). Larutan campuran H2O dengan HNO3-vanado molibdat (7 :
2) dicampurkan dan ditunggu selama 30 menit. Larutan dibaca pada spektonik
dengan panjang gelombang 470 nm, dan aquadest sebagai pembanding (blanko)
Perhitungan
Kadar P(%) : Y = 0,01176 +
0,002277X
X : kadar P
Y : absorbansi
Hasil
dan pembahasan
Preparasi Sampel. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan, penentuan kadar Fosfor (P) dilakukan dengan dua tahap, yaitu prepasi
sampel dan tahap penentuan kadar Ca, pada tahap tersebut dilakukan penambahan
beberapa reagen seperti HCl pekat, HCl 10%, AgNO3 dan NaOH 4N serta
air panas. HCL pekat digunakan untuk memisahkan mineral mikro dan mineral
makro, sehingga mineral makro terbuang (hilang). HCl 10% untuk memisahkan
senyawa Ca dan P dengan mineral yang lainnya sehingga mineral lainnya hilang. AgNO3
untuk uji bebas asam. NaOH 4N sebagai pensuasana basa. Air panas untuk
mempercepat reaksi bebas asam. Menurut Chang (2005), preparasi sampel dilakukan
dengan cara menambahkan HCL pada abu dipanaskan, hal ini bertujuan untuk
memisahkan mineral makro dan mineral mikro pemanasan juga bertujuan agar
mineral mikro terbuang atau hilang. Penambahan HCl yang kedua berfungsi agar
memisahkan senyawa Ca dan P dengan mineral yang lainnya sehingga mineral lain
hilang.
Proses tersebut dilakukan diruang asam agar
uap yang dihasilkan dapat dibuang dengan baik. Penambahan HCl akan meningkatkan
titik didih dan dapat dipergunakan untuk mempercepat dekomposisi sampel.
Menigkatnya titik didih dapat mempertinggi suhu destruksi sehingga proses
destruksi lebih cepat. Sampel yang dipreparasi kemudian di uji bebas asam
dengan menggunakan AgNO3 untuk, mengetahui apakah sampel bebas asam
atau tidak. Larutan yang berwarna pekat menunjukan adanya unsur garam atau
dalam hal ini adalah HCl. Larutan tersebut kemudian diencerkan sebanyak 650 ml
hingga bebas asam. Cara untuk mengetahui larutan telah bebas asam atau tidaknya
adalah dengan cara menggunakan AgNO3. Menurut Sugiyarto (2000), uji
AgNO3 pada larutan dilakukan hingga warna berubah menjadi bening
yang menunjukan sampel tersebut telah bebas asam.
Penetapan
Kadar Fosfor
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan 1 ml aquades ditambah 9 ml laurtan campuran H2O
dengan HNO3- Vanando-Molybdat (7:2), dicampurkan dan
ditunggu selama 30 menit, kemudian dibaca pada spektofotometer dengan panjang
gelombang λ 470 nm. Hasil yang di dapatkan adalah 0,214. Sampel sebanyak 1 ml
aquadest (dengan pengenceran) dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambah 9 ml
laurtan campuran H2O dengan HNO3-
Vanando-Molybdat (7:2), dicampur dan
ditunggu selama 30 menit. Kemudian dibaca pada spektofotometer dengan panjang
gelombang λ 470 nm. Menurut Kamal (1996), Sampel yang digunakan dalam
penetapan kadar fosfor adalah abu tulang. Abu adalah sisa pembakaran sempurna
dari suatu bahan. Suatu bahan jika dibakar sempurna pada suhu 500-600oC
selama beberapa waktu maka semua senyawa organiknya akan terbakar menjadi CO2,
H2O dan gas lain yang menguap. Sedangkan sisanya yang tidak menguap
itulah yang disebut abu atau campuran dari berbagai oksida mineral sesuai
dengan macam mineral yang terkandung didalamnya. Penentuan kadar abu berguna
untuk penentuan kadar ekstrak tanpa nitrogen. Disamping itu kadar abu dari
pakan yang berasal dari hewan dan ikan dapat digunakan sebagai indeks kadar
kalsium dan Fosfor. Juga merupakan tahap awal penentuan kadar berbagai mineral
yang lain.
Kandungan fosfor
pada tepung daging tulang 5,10% sedangkan dalam tepung tulang, 14%. Pada anak
ayam, ketersediaan P dari garam pitat hanya sebesar 10% seperti ketersediaan
dari dinatrium fosfat, sedangkan pada ayam petelur masa produksi P pitat dapat
terseddia sekitar 50% seperti halnya yang tersedia dari dikalsium fosfat (kamal
1996). Pada ternak non
ruminansia, faktor yang terpenting dan mempengaruhi pencernaan dan absorbs P
adalah terdapatnya fitin atau asam pitat dalam tanaman, asam pitat adalah suatu
ester antara inositol dan enam asam phosfat. Kurang lebih 50% dari P dalam
butiran yang merupakan bahan utama dari unggas dan babi dalam bentuk asam
pitat. Garam-garam ini merupakan Ca dan Mg
pitat yang tidak larut. Dengan demikian hanya 10-50% P dalam asam pitat
yang dapat digunakan ini juga tergantung kepada jumlah vitamin D yang
menyebabkan pengurangan absorbs P, dan telah ditemukan bahwa vitamin D
menstimulasi transport aktif dari P. tetapi mekanisme transport ini belum jelas
sehingga transport pasif yang terlihat. (Hartadi, et all. 1998)
Kesimpulan
Tujuan
dari uji ini adalah menetapkan kadar fosfor dengan HNO3
Vanando-Molybdat yang meliputi preparasi sample dan kadar fosfor. Makin besar harga P maka sampel
yang digunakan akan semakin besar, sebaliknya jika harga P semakin kecil maka
berat sampelnya akan kecil pula. Jadi besarnya nilai P berbanding terbalik
dengan nilai berat sampel. Disamping itu nilai pengenceran berbanding lurus
dengan nilai P, jika nilai P diperbesar maka nilai faktor pengenceran juga akan
diperbesar.
Daftar
Pustaka
Angoradi,
H. R . 1995. Nutrisi Ternak Unggas. PT. Gramedia Pustaka Utama. Yogyakarta
Chang,
Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I. Jakarta: Erlangga
Hasoloan,
J. 2001. Table Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada university.
Yogyakarta
Kamal, M. 1996. Ilmu makanan ternak umum.
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Kamal,
M. 1999. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Universitas indonesia press. Jakarta
Parakkasi,
A. 2005. Ilmu dan Nutrisi Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia
press. Jakarta
Rizal,
Y. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Andalas Universisty press. padang
Tillman, A.
D, Hari Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo.
1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University press. Yogyakarta.
Lampiran
Dari data hasil praktikum
didapat kadar P (%)
Y = absorbansi
X= kadar P
Y = 14,2358 + 0,0304
0,214 = 14,2358 + 0,0304
0,1836 = 14,2358
0,0129 = X
kadar P (%) = X . Faktor pengenceran . 100%
berat sample x 1000
= 0,029 . 2700
1 . 1000
=
34,83
10
= 3,483%
LAPORAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA TERNAK
ACARA
VIII
EKSKRESI
NITROGEN DALAM URINE
Disusun oleh :
Kelompok XXIX
Adam Gemilang PT/06219
Frismia
Halimatssadiah PT/06264
Marcelina
Desitasari PT/06273
Irfansyah Widyantono PT/06290
Ade Putra S PT/06396
Asisten : Yuvanta Lia
Fradita
LABORATORIUM
BIOKIMIA NUTRISI
BAGIAN
NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013